Dicobanya daster itu
dengan menempelkannya didepan tubuhnya, dan ternyata tidak sama dengan ukuran
tubuhnya. Daster itu bermodel rok di atas lutut, namun karena ukurannya kecil,
jatuhnya tepat di tengah antara pantat dan lututnya.
Untung saja ada karetnya
sehingga bila dipaksa dipakai tidak akan robek.“Ibu ga suka, ya?” tampak wajah
Arjuna menjadi sedih. Dewi berfikir mungkin karena Arjuna melihat reaksi dari
dirinya yang terkejut.“Oh, Ibu suka,” katanya untuk menghIbur Arjuna.“Ibu pakai
ya nanti malam? Udah Arjuna cuci tuh…”Dewi hanya mengangguk. Namun ia menjawab,“Ibu
pakai, nanti kalau Bapakmu sudah selesai makan.”Itu berarti kalau Bapak tidak
masuk rumah lagi, pikir Arjuna.
Tentunya Ibunya takut kalo Bapaknya melihat
Ibunya memakai daster kecil sehingga membuat tubuh menjadi seksi.“Arjuna boleh
lihat ya? Soalnya Arjuna bangga kalau Ibu memakai pemberian Arjuna.”Dewi hanya
mengangguk pelan.Malamnya, ketika Waluyo telah merebahkan diri di bale-bale,
Dewi masuk kamarnya. Arjuna sudah siap di atas lemari mengintip Ibunya. Ibunya
membuka kainnya sehingga hanya memakai kutang dan celana dalam. Lalu dipakainya
daster itu. Daster itu tidak bertali dan menunjukkan sedikit bagian dada dan
agak banyak bagian punggung.
Ketika bercermin, Dewi melihat bahwa tali BH nya
menyembul keluar, dan di bagian punggung Bhnya terlihat sehingga tampak tidak
begitu enak untuk di lihat.Dengan cekatan tanpa membuka daster, Dewi membuka
Bhnya dan menaruhnya di tempat tidur. Barulah dapat dilihat seorang perempuan
seksi memakai daster, dengan pentil terlihat menyembul dari balik kain
dasternya.
Dewi merasa sedikit malu, karena yang dilihat di cermin tampak
seperti bukan perempuan baik-baik, namun di lain pihak ia merasa amat seksi
sehingga ia cukup lama bercermin dan melihat keadaannya dari berbagai
sudut.Arjuna yang tak sabar segera turun dari lemari dan mendatangi kamar
Ibunya. Dewi terkejut ketika didengarnya pintu kamar diketuk. Apakah suaminya
mau masuk? Namun didengarnya Arjuna memanggilnya perlahan, maka Dewi membuka
pintu.“Wah….. Ibu cantik sekali,” kata Arjuna ketika melihat Dewi, “ dan Arjuna
bangga Ibu menjadi cantik karena pemberian Arjuna. Kok Arjuna baru tahu ya,
kayaknya Ibu ini wanita tercantik di desa kita.”Dewi merasa jengah namun
bahagia juga. Ia tidak curiga maupun heran, karena dipikirnya anaknya memuji
dia karena sayang saja. Maka Dewi memeluk Arjuna sambil mencium pipi kirinya.“Terimakasih
ya, Jun.”“Ibu, kok Cuma pipi? Kan kita cium bibir.”Dewi kemudian mencium bibir
Arjuna.“pipi kanan belum.”Dewi mencium pipi kanan Arjuna.“sekarang giliran
Arjuna, karena Ibu mau memakai pemberian Arjuna, maka Arjuna juga sangat
berterima kasih.”Arjuna mencium kedua pipi Ibunya. Kali ini sudah tiga detik.
Lalu diciumnya bibir Ibunya. Sedetik, dua detik, tiga detik, empat detik.. Dewi
merasakan tubuhnya hangat karena ciuman bibir Arjuna yang hangat seakan
menjalar ke seluruh badannya. Setelah lima detik Arjuna melepaskan bibirnya.“Bu?”“Ya?”
jawab Dewi dengan suara sedikit serak.“Arjuna sayang banget sama Ibu.
Boleh kan
kalo Arjuna mencium Ibu kapan saja?”“Maksud kamu?”“Maksudnya ga hanya waktu
pamit saja. Soalnya Arjuna pengen kasih liat bahwa Arjuna sayang sama Ibu.”“Boleh
saja.”Arjuna kemudian mencium bibir Ibunya lagi. Mereka berangkulan semakin
erat. Lalu setelah lima detik, Arjuna melepaskan bibirnya dan rangkulannya dan
pamit untuk tidur. Sebenarnya ia buru-buru pergi karena tidak mau membuat Ibunya
curiga dan selain itu ia ingin masturbasi di kamar.Ketika Arjuna bangun, Ibunya
sedang menata piring untuk sarapan di bale-bale.
Tubuhnya membungkuk ke depan.
Arjuna menyapa Ibunya, lalu mencium pundak Ibunya selama lima detik. Ia mencium
bau ketiak Ibunya secara jelas.“Ih ngapain kamu cium pundak Ibu? Lagian Ibu kan
belum mandi.”“Katanya Arjuna boleh cium kapan aja. Dan biar Ibu belum mandi
tetap aja wangi, kok.”“bau gini kok wangi? Ngaco!”Ibunya lalu duduk di pinggir
bale-bale. Arjuna yang pintar itu segera duduk di sebelahnya.“Untuk Arjuna sih
bau badan Ibu itu wangi. Ga percaya?”Arjuna mengangkat tangan Ibunya lalu
membenamkan wajahnya di ketika Ibunya yang lembab.
Hidungnya dibelai bulu
ketiak halus namun tidak lebat milik Ibunya. Bau tubuh Ibunya kini menyerang
hidungnya dan menguasai otaknya.Ibunya yang kegelian menarik tubuhnya ke
samping dan tertawa sambil berkata,“dasar bocah gemblung! Makan sana!”Maka
Arjuna makan dengan lahap. Setelah itu, seperti biasa, ia mencium pipi dan
bibirnya Ibunya. Kali ini proses ciuman di bibir sudah lima detik. Ibunya
mendorong kepala Arjuna perlahan dan berkata,“Nanti kamu terlambat sekolah.”Arjuna
hanya tertawa, lalu mencium ketek Ibunya.
Arjuna |
Namun karena sedang tertutup, maka ia
mencium bagian kiri atas dada Ibunya dan tangan kirinya tepat ditempat di mana
ketek itu berada.“Mending Ibu jangan mandi deh sebelum sarapan,” kata Arjuna
lalu bergegas berangkat ke sekolah.Setelah itu Ibunya tidak pernah mandi
sebelum selesai sarapan yang menyebabkan Arjuna mengintip Ibunya mandi hanya
pada sore hari saja. Ada sedikit penyesalan, namun setidaknya dia dapat mencium
Ibunya tidak hanya pipi dan bibir.Aktivitas cium Arjuna menjadi bertambah. Kini
bilamana mereka berduaan saja, maka Arjuna mencium pundak Ibunya, pipinya dan
bibirnya. Pertama-tama hanya sekilas, namun karena Ibunya tidak marah, maka
menjadi lebih lama. Namun untuk tidak mencurigakan, maka ciuman itu dilancarkan
sekali-kali dan belum beruntun. Arjuna segera mencari akal agar dapat menciumi
Ibunya secara beruntun.
1 komentar:
Hmmm--> Hot
Posting Komentar